Tulisan ini didasarkan pada buku Burhan Bungin, yang berjudul Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis kearah Penguasaan Model Aplikasi, diterbitkan PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta pada tahun 2003 dan buku DR. Lexy. J. Moleong yang berjudul Metode Penelitian kualitatif. Dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai triangulasi sebagai suatu tehnik penelitian perpaduan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dan sebagai salah satu tehnik atau cara dalam pemeriksaan keabsahan data. Tulisan ini juga akan menjelaskan manfaat dan proses kerja dari tehnik triangulasi.
Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin (1978) dengan meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu. Keandalan dan kesahihan data dijamin dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber atau metode tertentu dengan data yang di dapat dari sumber atau metode lain. Konsep ini dilandasi asumsi bahwa setiap bias yang inheren dalam sumber data, peneliti, atau metode tertentu, akan dinetralkan oleh sumber data, peneliti atau metode lainnya. Istilah triangulasi yang dikemukakan oleh Denzin dikenal sebagai penggabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif yang digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian.
Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua asumsi yaitu yang pertama, pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan karena adanya keinginan melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Hal ini didasarkan karena, masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu, dan memiliki pendapat dan anggapan yang berbeda dalam memandang dan menanggapi suatu permasalahan. Suatu masalah jika dilihat dengan menggunakan suatu metode akan berbeda jika dilihat dengan menggunakan metode yang lain. Oleh karena itu akan sangat bermanfaat apabila kedua sudut pandang yang berbeda tersebut digunakan secara bersama-samaa dalam menanggapi suatu permasalahan sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih lengkap dan sempurna. Pada level pendekatan penelitian, penggabungan metode kuantitaif dan kualitatif dalam sebuah kegiatan penelitian ditujukan untuk menemukan sesuatu yang lebih utuh dari objek penelitian. Asumsi kedua yang mendasari penggunaan tehnik triangulasi yakni, pada level pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan dan analisis data membutuhkan sebuah prosedur untuk menguji hasil analisis data.
Dalam penelitian dengan mengunakan metode triangulasi, peneliti dapat menekankan pada metode kualitaitif, metode kuantitaif atau dapat juga dengan menekankan pada kedua metode. Apabila peneliti menekankan pada metode kualitatif, maka metode kuantitatif dapat digunakan sebagai fasilitator dalam membantu melancarkan kegiatan peneliatian, dan sebaliknya jika menekankan metode kuantitatif. Namun. apabila peneliti memberi tekanan yang sama terhadap kedua metode penelitian ( kuantitatif-kualitaatif) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dilakukan yakni : yang pertama memahami masing-masing metode dan pentingnya metode teersebut dalam suatu penelitian yang akan dilakukan; kedua, memahami permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dilakukan sehingga penggunaan metode kualitatif dan metode kuantitatif ini disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian yang ingin dicapai; ketiga, kedua metode yang digunakan juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas kepentingan, dimana kedua metode dapat digunakan dalam desain secara bersama-sama namun pada laporan penelitian hanya diperhitungkan salah satunya saja; dan yang ketiga, kedua metode juga digunakan berdasarkan pertimbangan keterampilan peneliti, yang terlibat dalam satu kegiatan penelitian secaara simultan apabila ada hubungan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Menggunakan metode triangulasi yakni penggabungan dua metode dalam satu penelitian diharapkan mendapatkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja dalam suatu penelitian. Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan metode triangulasi, peneliti harus terlebih dahulu menghitung dan memperkirakan apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dalam peneltian tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja. Selain itu juga diperhitungkan waktu, tenaga dan dana yang dihabiskan dalam penelitian, apakah akan menghasilkan atau memperoleh hasil yang memuaskan.
Metode triangulasi banyak menggunakan metode alam level mikro, yakni bagaimana menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan analisis data sekaligus dalam suatu penelitian, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil penelitian. Hal ini didasarkan karena informasi atau data yang diperoleh melalui pengamatan akan lebih akurat apabila juga digunakan wawancara atau menggunakan bahan dokumentasi untuk memeriksa keabsahan informasi yang telah diperoleh dengan menggunakan kedua metode tersebut. Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik.
Sebagai contoh proses kerja triangulasi yakni, dalam suatu penelitian dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk pengumpulan data, perlu dipastikan terhimpunnya catatan harian setiap harinya dari wawancara dan observasi tersebut. Kemudian dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian tersebut untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dan observasi. Setelah itu, hasil yang telah diperoleh perlu diuji lagi dengan informan-informan sebelumnnya. Apabila terdapat perbedaan, peneliti harus menelusuri perbedaan ytersebut sampai peneliti memperoleh sumber perbedaan dan materi perbedaannya , kemudian dilakukan konfirmasi dengan informan dan sumber-sumber lain. Proses ini dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai peneliti yakin bahwa tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.
Triangulasi juga dapat dilakukan dengan menguji pemahaman peneliti dengan pemahaman informan tentang hal-hal yang diinformasikan informan kepada peneliti. Hal ini dilakukan karena, dalam suatu penelitian dapat terjadi pemahaman yang berbeda antara peneliti dengan informan mengenai suatu objek yang diteliti. Oleh karena itu, untuk menghindarkan adanya pemahaman yang berbeda tersebut, digunakan triangulasi yakni dengan cara peneliti langsung melakukan uji pemahaman kepada informan. Cara ini dapat dilakukan setelah wawancara atau observasi. Uji pemahaaman dapat dilakukan diakhir penelitian ketika semua informasi telah dipresentasikan dalam draft laporan. Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistic.
Triangulasi sebagai tehnik pemeriksaan keabsahan data memanfatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun tehnik triangulasi yang banyak digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam buku Lexy.J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi dengan sumber berrarti membnadingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Dalam triangulasi dengan sumber yang terpenting adalah mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedan tersebut.
Sedangkan triangulasi dengan metode terdapat dua strategi yakni, pengecekan derajad kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajaad kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan memanfatkan penggunaan penyidik atau pengamat yang lainnya membantu mengurangi penyimpangan dalam pengumpulan data. Sedangkan triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba dalam buku Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif adalah berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajad kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
Dalam mengecek keabsahan atau validitas data menggunakan teknik triangulasi. data atau informasi dari satu pihak harus dichek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tujuannya ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini juga mencegah bahaya-bahaya subyektif.
Penelitian dengan menggunakan metode triangulasi dilakukan dengan menggabungkan metode kualitatif dan metode kuantitaatif dalaam suatu penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang benar-benar lengkap dan komprehensif, walaupun dengan metode ini akan lebih banyak menghabiskan waktu, tenaga dan dana dalam penelitian. Triangulasi sebagai salah satu tehnik pemeriksaan data secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian lain. Triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dari beberapa cara pandang tersebut akan bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya. Hasil pengumpulan data yang diperoleh seorang peneliti juga diperiksa oleh kelompok peneliti lain untuk mendapatkan pengertian yang tepat atau menemukan kekurangan-kekurangan yang mungkin ada untuk diperbaiki. Cara ini disebut dengan member check.
Referensi
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis keArah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2003.
Moleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Ro
rusdianto ar
Pendidikan bagaikan mata air yang terus mengalir tanpa henti...iaa tidak mengenal tempat dan waktu. Menyemai pendidikan menumbuhkan kesadaran baru.....
Minggu, 12 September 2010
Prinsip Metode Pendidikan Montessori
Iseng-iseng saya menerjemahkan summary metode pendidikan montessori. Sebaiknya berbagi dengan Anda. Mudah-mudahan bermanfaat.
Setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan perkembangan umurnya. Faktor lingkungan serta perlakuan orang dewasa (pendidikan) hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan mereka. Oleh karena itu, Montessori percaya bahwa lingkungan haruslah merupakan tempat yang menyenangkan (loving area), tempat yang kondusif (nourishing) untuk membantu perkembangan, tempat dimana guru atau orang dewasa dapat mengobservasi perkembangan mereka dan membuat perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka.
Dalam metode pendidikan Montessori ada beberapa aspek pendidikan yang lingkungan dan merupakan prinsip metode pendidikan Montessori. Diantaranya adalah konsep kebebasan, struktur dan urutan, realistiss dan kealamian, keindahan dan nuansa, serta prinsip alat permainan Montessori.
ASPEK 1: PENTINGNYA KEBEBASAN (CONCEPT OF FREEDOM)
Metode pendidikan Montessori menekankan pentingnya kebebasan. Mengapa? Karena hanya dalam nuansa atau iklim yang bebaslah anaka dapat menunjukkan dirinya kepada kita. Karena kita bertanggung jawab dalam membantu perkembangan fisik mereka, oleh karena itu kita harus menyediakan ruang yang bebas dan terbuka. Alasan kedua, kunci terjadinya perkembangan yang optimal adalah kebebasan. Montessori mengatakan, “Real freedom …. Is a concequence of development”. Kebebasan sejati adalah suatu konsekuensi dari perkembangan. Montessori mengatakan, “Jika anak di hadapkan pada lingkungan yang tepat, dan memberikan peluang kepada mereka unuk secara bebas merespon secara individual terhadap lingkungan tersebut, maka pertumbuhan alami anak terbuka dalam kehidupan mereka”. (dalam David Gettman (1987), “Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives” (New York: St. Martin’ Press), hal 30.)
Oleh karena itu, perkembangan anak harus kita Bantu dengan cara-cara sebagai berikut:
?Mereka harus dibantu memperoleh kemandirian melalui lingkungannya. Mereka harus diberikan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong kemandirian. Mereka tidak boleh dibantu orang lain untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya mereka sendiri dapat melakukan.. Mereka harus diajarkan untuk mampu membantu dirinya sendiri seperti memasang kancing, membuka menutup retsleting, menyimpan sepatu dan lain-lain yang dapat membantu dirinya untuk menjadi mandiri. Semua alat bermain dan furniture harus memiliki ukuran yang sesuai dengan anak. Hal ini akan membuat mereka dapat mengendalikan alat bermain tersebut. Sehingga mereka akan merasa nyaman dan aman melakukan segala aktifitas yang emreka inginkan.
?Anak harus dibantu untuk mengembangkan kemauan (tekad dan daya juang) dengan cara melatih mereka mengkoordinasikan tindakannya untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu yang harus mereka capai.
?Anak harus dibantu mengembangkan disiplin dengan cara memberikan kesempatan/peluang kepada mereka untuk melakukan aktifitas konstruktif.
?Anak harus dibantu mengembangkan pemahaman mereka tentang baik dan buruk.
Montessori jugamengingatkan kita untuk memahami bahwa hanya tindakan yang bersifat destruktif yang harus kita batasi. Semua aktifitas lain yang konstruktif, apapun itu, dengan cara apapun mereka melakukannya, hendaknya kita perbolehkan dan kita amati dan arahkan. Secara lebih jauh Montessori menyebutkan beberapa hal yang harus kita batasi atau arahkan dalam membeirkan aktifitas kepada meraka antara lain sebgai berikut:
?Menghormati orang lain; anak bebas untuk melakukan aktifitas apa saja sejauh tidak melanggar/merampas hak orang lain dalam kelas;
?Menghormati barang mainan; anak kita dorong untuk dapat melakukan aktifitas dengan semua alat bermain sejauh mereka menggunakannya dengan cara yang benar. Mereka dapat menggunakan alat bermain apa saja sejauh tidak merusak barang tersebut atau benda lain disekitarnya. Adalah tugas kita sebagai guru untuk mengarahkan hal-hal seperti ini.
?Menghormati lingkungan; anak juga harus kita arahkan untuk dapat memperlakukan semua aspek dengan penuh kasih sayang, perhatian dan penghargaan. Mereka harus diarahkan memperlakukan teman lain dan guru dengan lembut, sopan dan penuh penghargaan.
?Menghargai/menghormati diri sendiri; mereka kita ajarkan untuk tidak hanya menghargai orang lain, benda lain tapi juga diri sendiri.
Kalau di atas membahas batasan yang sebaiknya tidak boleh terjadi dalam lingkungan bebas, maka kebebasan apa saja yang harus kita berikan kepada anak dalam lingkungan? Montessori menyarankan beberapa hal sebagai beirkutL
?
Kebebasan bergerak; anak diberi kebebasan untuk bergerak kemana saja baik di dalam maupun di luar ruangan.
?Kebebasan memilih; anak bebas untuk memilih aktifitasnya sendiri dalam kelas. Kebebasan memilih ini akan membantu mereka mengembangkan kebiasaan kerja dan meningkatkan konsentrasi. Konsekuensinya, kita harus menyediakan beragam aktifitas yang telah derancang dan disiapkan sedemikian rupa untk kebutuhan perkembangan mereka;
?Kebebasan berbicara; pendidikan montessore berbeda dengan pendidikan tradisional. Dalam pendidikan tradisional guru lebih dominan berbicara. Dalam pendidikan Montessori sebaliknya, anaka memperoleh kebebasan berbicara dengan siapa saja yang mereka mau. Bagi yang belum siap, tidak dipaksa, tapi diarahkan untuk bergabung dengan kelompok untuk saling berbagi. Anak tidak didorong untuk bersaing satu sama lain. Karenanya, keinginan alami mereka untuk membantu orang lain berkembang secara spontan. Dalam pendidikan Montessori anak-anak diarahkan untuk mengamati dan memahami aturan dasar kesopanan dengan tidak mengganggu orang lain.
?Kebebasan untuk tumbuh; dalam pendidikan Montessori anak memiliki kebebasan untuk tumbuh dan membangun kemampuan mental mereka dalam lingkungan yang dirancang. Semua benda atau alat bermain dalam kelas Montessori diranncang untuk membantu mereka tumbuh kembang secara alami.
?Bebas untuk menyayangi dan disayangi; anak memiliki hak untuk disayangi dan menyayangi tanpa pandang bulu (pilih kasih). Jika mereka merasa diperhatikan sama dengan yang lain, dimana guru tanpa ada pilih kasih, maka mereka akan menghargai orang lain dan lingkungannya dengan cara yang sama.
?Bebas dari bahaya; anaka memiliki hak untuk tumbuh dari bahaya. Maksudnya, anak diberikan pengetahuan melalui pelatihan yang sistematis tentang keterampilan hidup seperti bagai mana membawa barang mainan dengan cara yang benar yang jika tidak maka akan membahayakan dirinya.
?Bebas dari persaingan; Agar tidak mengganggu kebebasan anak untuk memilih, maka tidak ada kompetisi, reward atau hukuman dalam pendidikan Montessori. Keberhasilan anak tidak dinilai menurut sudut pandang orang dewasa, seperti melalui nilai, atau perolehan tanda bintang. Motivasi instrinsik merekalah yang mendorong mereka untuk melakukan aktifitas terbaik mereka, bukan reward atau hukuman. Kepuasan mereka karena tela dapat melakukan sesuatu sudah cukup sebagai reward bagi mereka sendiri.
?Bebas dari tekanan; anak diberikan kebebasan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kecepatan dan perkembangan mereka sendiri. Mereka tidak diharuskan dapat mencapai sesuatu yang disamakan dengan orang lain.
Melalui kebebasan-kebebasan dalam kelas Montessori seperti dijelaskan di atas, maka anak akan memperoleh kesempatan-kesempatan unik terhadap tindakannya sendiri. Mereka akan menyadari segala konsekuensi atas apa yang ia lakukan baik terhadap dirinya maupun orang lain, mereka belajar membuktikan atau menguji dirinya terhadap batasan-batasan realistiss, mereka akan belajar tentang apa saja yang membuat ia atau orang lain merasa puas atau sebaliknya merasa kosong dan tidak puas atau kecewa. Peluang untuk mengembangkan pengetahuan diri (self-knowledge) inilah yang merupakan hasil penting dari kebebasan yang kita ciptakan dalam kelas Montessori.
ASPEK 2: STRUKTUR DAN KETERATURAN (STRUCTURE AND ORDER)
Struktur dan keteraturan alam semesta harus tercermin dalam lingkungan kelas Montessori. Dengan demikian anak akan menginternalisasinya dan akhirnya membangun mental dan inteligensinya sendiri terhadap lingkungan. Melalui keteraturan anak akan belajar untuk percaya pada lingkungan dan belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang positif. Hanya dalam lingkungan yang dirancang dengan tepat dan benar, anak dapat mengkategorisasikan persepsinya yang pada akhirnya nanti akan membentuk pemahaman mereka yang benar terhadap realistis dunia.
Melalui keteraturan, anak tahu kemana harus mencari barang mainan yang ia inginkan, misalnya. Oleh karena itu, kita harus merancang penempatan barang mainan sesuai dengan klasifikasi berdasarkan keteraturan tertentu. Sebagai contoh, alat bermain ditempatkan dalam rak yang rendah sehingga terjangkau anak, ditata dengan rapi dan teratur sesuai dengan kategori, begitu pula halnya dengan ruangan kelass tertata sedemikian rupa dengan penuh keteraturan. (John Chattin – McNichols (1998), The Montessori Controversy, (New York: Delmar Publiser Inc.), hal 51)
ASPEK 3: REALISTIS DAN ALAMI
Lingkungan pendidikan Montessori didasarkan atas prinsip realistis dan kealamian. Anak harus memiliki kesempatan untuk menginternalisasikan keterbatasan alam dan realistis supaya mereka terbebas dari sikap berangan-angan (fantasy) atau ilusi baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Hanya dengan cara ini mereka mengembangkan disiplin diri dan keamanan yang dia perlukan untuk menggali dunia eksternal dan internal mereka dan untuk menjadikan mereka pengamat realistiss hidup yang aktif dan apresiatif. Alat bermain dan lingkungan dalam kelas Montessori didasarkan atas konsep realistis. Sebagai contoh, anak dihadapkan dengan telepon yang sebenarnya, gelas sebenarnya, setrika, pisau dan lain-lain. Semuanya adalah benda sebenarnya.
Menurut Montessori, ”Manusia adalah miliki alam, begitu pula khususnya bagi anak. Mereka membutuhkan gambaran dunia yang akan mereka hadapi kelak melalui alam. Semua hal yang dipelrukan untuk mengembangkan jiwa dan raga mereka adalah alam sebenarnya.” Jadi, dalam konsep pendidikan Montessori, segala sesuatunya harus dirancang sedemikian rupa agar sealami dan serealistis mungkin, baik lingkungan indoor mapun outdoor. Montessori percaya bahwa anak harus pertama kali dihadapkan dengan alam melalui perawatan terhadap tanaman dan binatang.
ASPEK 4: KEINDAHAN DAN NUANSA
Lingkungan Montessori harus sederhana. Semua yang ada didalamnya harus memiliki desain dan kualitas yang baik. Tema warna harus menunjukkan kegembiraan. Nuansa ruangan harus terkesan santai dan hangat sehingga mengundang anak untuk bebas berpartisipasi aktif.
ASPEK 5: ALAT BERMAIN MONTESSORI (MONTESSORI MATERIALS)
Yang dimaksud dengan Montessori Materials di sini adalah bukan semata-mata alat bermain. Tapi semua benda yang ada dalam lingkungan. Tujuan dari semua benda itu bukan bersifat eksternal untuk mengajar anak keterampilan. Tapi tujuan utamanya adalah bersifat internal yaitu membantu perkembangan fisik dan pembangunan diri anak. Montessori mengatakan, ”Hal penting pertama perkembangan anak adalah konsentrasi … Ia harus menemukan cara bagaimana berkonsentrasi, dan oleh karenanya mereka membutuhkan benda-benda yang dapat membuatnya berkonsentrasi… karena itulah pentingnya sekolah kita mendasarkan pada hal ini. Yaitu tempat dimana mereka dapat menemukan aktifitas yang memungkinkan mereka melakukan konsentrasi.”
Benda-benda atau alat-alat bermain harus membantu pembentukan internal anak. Oleh karenanya benda atau alat bermain tersebut harus sesuai dengan kebutuhan internal anak. Artinya, benda-benda dan atau alat-alat bermain tersebut haris disajikan atau diberikan pada momen yang sesuai dengan perkembangan mereka. Montessori menyebutkan beberapa prinsip dalam penggunaan benda dan atau alat bermain dalam kelas Montessori sebagai berikut:
• Setiap benda atau alat bermain harus memiliki tujuan dan bermakna bagi anak;
Setiap benda atau alat bermain harus harus menunjukkan perkembangan dari sederhana ke rumit dalam desain dan penggunaannya.
Setiap benda atau alat bermain dirancang untuk menyiapkan anak secara tidak langsung untuk belajar ke depan.
Setiap benda atau alat bermain dimulai dari expesi kongkrit dan secara bertahap mengarahkan mereka pada representasi yang lebih abstrak.
Setiap benda atau alat bermain dirancang agar memungkinkan terjadinya auto-edukasi. Artinya kontrol kesalahan berada pada benda tersebut bukan pada guru. Kontrol kesalahan ini akan membimbing anak dalam menggunakan benda tersebut dan memungkinkan ia menyadari kesalahannya sendiri dan memperbaikinya.
KESIMPULAN
Ada beberapa aspek penting yang harus dipahami betul oleh guru atau pendidik dalam metode pendidikan Montessori. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
• Konsep kebebasan; melalui kebebasan-kebebasan dalam kelas Montessori, maka anak akan memperoleh kesempatan-kesempatan unik terhadap tindakannya sendiri. Mereka akan menyadari segala konsekuensi atas apa yang ia lakukan baik terhadap dirinya maupun orang lain, mereka belajar membuktikan atau menguji dirinya terhadap batasan-batasan realistiss, mereka akan belajar tentang apa saja yang membuat ia atau orang lain merasa puas atau sebaliknya merasa kosong dan tidak puas atau kecewa. Peluang untuk mengembangkan pengetahuan diri (self-knowledge) inilah yang merupakan hasil penting dari kebebasan yang kita ciptakan dalam kelas Montessori.
Struktur dan Keteraturan; hanya dalam lingkungan yang dirancang dengan tepat dan benar, yaitu terstruktur dan teratur, anak dapat mengkategorisasikan persepsinya yang pada akhirnya nanti akan membentuk pemahaman mereka yang benar terhadap realistis dunia.
Realistis dan Alami; dalam konsep pendidikan Montessori, segala sesuatunya harus dirancang sedemikian rupa agar sealami dan serealistis mungkin, baik lingkungan indoor mapun outdoor. Dengan cara ini mereka mengembangkan disiplin diri dan keamanan yang dia perlukan untuk menggali dunia eksternal dan internal mereka dan untuk menjadikan mereka pengamat realistiss hidup yang aktif dan apresiatif.
Keindahan dan Nuansa; unsur-unsur keindahan, keceriaan, baik secara fisik maupun non fisik dalam lingkungan kelas Montessor sangat penting untuk mengundang anak berpartisipasi aktif dengan bebas dan spontan.
Benda atau Alat Bermain Montessori; harus membantu pembentukan internal anak. Oleh karenanya benda atau alat bermain tersebut harus sesuai dengan kebutuhan internal anak. Artinya, benda-benda dan atau alat-alat bermain tersebut haris disajikan atau diberikan pada momen yang sesuai dengan perkembangan mereka.
Referensi:
Course Manual, Diploma in Montessori Method of Education (Birth to Six Years of Age).
David Gettman (1987), “Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives” (New York: St. Martin’ Press), hal 30.
John Chattin – McNichols (1998), The Montessori Controversy, (New York: Delmar Publiser Inc.), hal 51.
Viewed 338 times by 178 viewers
Setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan perkembangan umurnya. Faktor lingkungan serta perlakuan orang dewasa (pendidikan) hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan mereka. Oleh karena itu, Montessori percaya bahwa lingkungan haruslah merupakan tempat yang menyenangkan (loving area), tempat yang kondusif (nourishing) untuk membantu perkembangan, tempat dimana guru atau orang dewasa dapat mengobservasi perkembangan mereka dan membuat perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka.
Dalam metode pendidikan Montessori ada beberapa aspek pendidikan yang lingkungan dan merupakan prinsip metode pendidikan Montessori. Diantaranya adalah konsep kebebasan, struktur dan urutan, realistiss dan kealamian, keindahan dan nuansa, serta prinsip alat permainan Montessori.
ASPEK 1: PENTINGNYA KEBEBASAN (CONCEPT OF FREEDOM)
Metode pendidikan Montessori menekankan pentingnya kebebasan. Mengapa? Karena hanya dalam nuansa atau iklim yang bebaslah anaka dapat menunjukkan dirinya kepada kita. Karena kita bertanggung jawab dalam membantu perkembangan fisik mereka, oleh karena itu kita harus menyediakan ruang yang bebas dan terbuka. Alasan kedua, kunci terjadinya perkembangan yang optimal adalah kebebasan. Montessori mengatakan, “Real freedom …. Is a concequence of development”. Kebebasan sejati adalah suatu konsekuensi dari perkembangan. Montessori mengatakan, “Jika anak di hadapkan pada lingkungan yang tepat, dan memberikan peluang kepada mereka unuk secara bebas merespon secara individual terhadap lingkungan tersebut, maka pertumbuhan alami anak terbuka dalam kehidupan mereka”. (dalam David Gettman (1987), “Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives” (New York: St. Martin’ Press), hal 30.)
Oleh karena itu, perkembangan anak harus kita Bantu dengan cara-cara sebagai berikut:
?Mereka harus dibantu memperoleh kemandirian melalui lingkungannya. Mereka harus diberikan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong kemandirian. Mereka tidak boleh dibantu orang lain untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya mereka sendiri dapat melakukan.. Mereka harus diajarkan untuk mampu membantu dirinya sendiri seperti memasang kancing, membuka menutup retsleting, menyimpan sepatu dan lain-lain yang dapat membantu dirinya untuk menjadi mandiri. Semua alat bermain dan furniture harus memiliki ukuran yang sesuai dengan anak. Hal ini akan membuat mereka dapat mengendalikan alat bermain tersebut. Sehingga mereka akan merasa nyaman dan aman melakukan segala aktifitas yang emreka inginkan.
?Anak harus dibantu untuk mengembangkan kemauan (tekad dan daya juang) dengan cara melatih mereka mengkoordinasikan tindakannya untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu yang harus mereka capai.
?Anak harus dibantu mengembangkan disiplin dengan cara memberikan kesempatan/peluang kepada mereka untuk melakukan aktifitas konstruktif.
?Anak harus dibantu mengembangkan pemahaman mereka tentang baik dan buruk.
Montessori jugamengingatkan kita untuk memahami bahwa hanya tindakan yang bersifat destruktif yang harus kita batasi. Semua aktifitas lain yang konstruktif, apapun itu, dengan cara apapun mereka melakukannya, hendaknya kita perbolehkan dan kita amati dan arahkan. Secara lebih jauh Montessori menyebutkan beberapa hal yang harus kita batasi atau arahkan dalam membeirkan aktifitas kepada meraka antara lain sebgai berikut:
?Menghormati orang lain; anak bebas untuk melakukan aktifitas apa saja sejauh tidak melanggar/merampas hak orang lain dalam kelas;
?Menghormati barang mainan; anak kita dorong untuk dapat melakukan aktifitas dengan semua alat bermain sejauh mereka menggunakannya dengan cara yang benar. Mereka dapat menggunakan alat bermain apa saja sejauh tidak merusak barang tersebut atau benda lain disekitarnya. Adalah tugas kita sebagai guru untuk mengarahkan hal-hal seperti ini.
?Menghormati lingkungan; anak juga harus kita arahkan untuk dapat memperlakukan semua aspek dengan penuh kasih sayang, perhatian dan penghargaan. Mereka harus diarahkan memperlakukan teman lain dan guru dengan lembut, sopan dan penuh penghargaan.
?Menghargai/menghormati diri sendiri; mereka kita ajarkan untuk tidak hanya menghargai orang lain, benda lain tapi juga diri sendiri.
Kalau di atas membahas batasan yang sebaiknya tidak boleh terjadi dalam lingkungan bebas, maka kebebasan apa saja yang harus kita berikan kepada anak dalam lingkungan? Montessori menyarankan beberapa hal sebagai beirkutL
?
Kebebasan bergerak; anak diberi kebebasan untuk bergerak kemana saja baik di dalam maupun di luar ruangan.
?Kebebasan memilih; anak bebas untuk memilih aktifitasnya sendiri dalam kelas. Kebebasan memilih ini akan membantu mereka mengembangkan kebiasaan kerja dan meningkatkan konsentrasi. Konsekuensinya, kita harus menyediakan beragam aktifitas yang telah derancang dan disiapkan sedemikian rupa untk kebutuhan perkembangan mereka;
?Kebebasan berbicara; pendidikan montessore berbeda dengan pendidikan tradisional. Dalam pendidikan tradisional guru lebih dominan berbicara. Dalam pendidikan Montessori sebaliknya, anaka memperoleh kebebasan berbicara dengan siapa saja yang mereka mau. Bagi yang belum siap, tidak dipaksa, tapi diarahkan untuk bergabung dengan kelompok untuk saling berbagi. Anak tidak didorong untuk bersaing satu sama lain. Karenanya, keinginan alami mereka untuk membantu orang lain berkembang secara spontan. Dalam pendidikan Montessori anak-anak diarahkan untuk mengamati dan memahami aturan dasar kesopanan dengan tidak mengganggu orang lain.
?Kebebasan untuk tumbuh; dalam pendidikan Montessori anak memiliki kebebasan untuk tumbuh dan membangun kemampuan mental mereka dalam lingkungan yang dirancang. Semua benda atau alat bermain dalam kelas Montessori diranncang untuk membantu mereka tumbuh kembang secara alami.
?Bebas untuk menyayangi dan disayangi; anak memiliki hak untuk disayangi dan menyayangi tanpa pandang bulu (pilih kasih). Jika mereka merasa diperhatikan sama dengan yang lain, dimana guru tanpa ada pilih kasih, maka mereka akan menghargai orang lain dan lingkungannya dengan cara yang sama.
?Bebas dari bahaya; anaka memiliki hak untuk tumbuh dari bahaya. Maksudnya, anak diberikan pengetahuan melalui pelatihan yang sistematis tentang keterampilan hidup seperti bagai mana membawa barang mainan dengan cara yang benar yang jika tidak maka akan membahayakan dirinya.
?Bebas dari persaingan; Agar tidak mengganggu kebebasan anak untuk memilih, maka tidak ada kompetisi, reward atau hukuman dalam pendidikan Montessori. Keberhasilan anak tidak dinilai menurut sudut pandang orang dewasa, seperti melalui nilai, atau perolehan tanda bintang. Motivasi instrinsik merekalah yang mendorong mereka untuk melakukan aktifitas terbaik mereka, bukan reward atau hukuman. Kepuasan mereka karena tela dapat melakukan sesuatu sudah cukup sebagai reward bagi mereka sendiri.
?Bebas dari tekanan; anak diberikan kebebasan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kecepatan dan perkembangan mereka sendiri. Mereka tidak diharuskan dapat mencapai sesuatu yang disamakan dengan orang lain.
Melalui kebebasan-kebebasan dalam kelas Montessori seperti dijelaskan di atas, maka anak akan memperoleh kesempatan-kesempatan unik terhadap tindakannya sendiri. Mereka akan menyadari segala konsekuensi atas apa yang ia lakukan baik terhadap dirinya maupun orang lain, mereka belajar membuktikan atau menguji dirinya terhadap batasan-batasan realistiss, mereka akan belajar tentang apa saja yang membuat ia atau orang lain merasa puas atau sebaliknya merasa kosong dan tidak puas atau kecewa. Peluang untuk mengembangkan pengetahuan diri (self-knowledge) inilah yang merupakan hasil penting dari kebebasan yang kita ciptakan dalam kelas Montessori.
ASPEK 2: STRUKTUR DAN KETERATURAN (STRUCTURE AND ORDER)
Struktur dan keteraturan alam semesta harus tercermin dalam lingkungan kelas Montessori. Dengan demikian anak akan menginternalisasinya dan akhirnya membangun mental dan inteligensinya sendiri terhadap lingkungan. Melalui keteraturan anak akan belajar untuk percaya pada lingkungan dan belajar untuk berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang positif. Hanya dalam lingkungan yang dirancang dengan tepat dan benar, anak dapat mengkategorisasikan persepsinya yang pada akhirnya nanti akan membentuk pemahaman mereka yang benar terhadap realistis dunia.
Melalui keteraturan, anak tahu kemana harus mencari barang mainan yang ia inginkan, misalnya. Oleh karena itu, kita harus merancang penempatan barang mainan sesuai dengan klasifikasi berdasarkan keteraturan tertentu. Sebagai contoh, alat bermain ditempatkan dalam rak yang rendah sehingga terjangkau anak, ditata dengan rapi dan teratur sesuai dengan kategori, begitu pula halnya dengan ruangan kelass tertata sedemikian rupa dengan penuh keteraturan. (John Chattin – McNichols (1998), The Montessori Controversy, (New York: Delmar Publiser Inc.), hal 51)
ASPEK 3: REALISTIS DAN ALAMI
Lingkungan pendidikan Montessori didasarkan atas prinsip realistis dan kealamian. Anak harus memiliki kesempatan untuk menginternalisasikan keterbatasan alam dan realistis supaya mereka terbebas dari sikap berangan-angan (fantasy) atau ilusi baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Hanya dengan cara ini mereka mengembangkan disiplin diri dan keamanan yang dia perlukan untuk menggali dunia eksternal dan internal mereka dan untuk menjadikan mereka pengamat realistiss hidup yang aktif dan apresiatif. Alat bermain dan lingkungan dalam kelas Montessori didasarkan atas konsep realistis. Sebagai contoh, anak dihadapkan dengan telepon yang sebenarnya, gelas sebenarnya, setrika, pisau dan lain-lain. Semuanya adalah benda sebenarnya.
Menurut Montessori, ”Manusia adalah miliki alam, begitu pula khususnya bagi anak. Mereka membutuhkan gambaran dunia yang akan mereka hadapi kelak melalui alam. Semua hal yang dipelrukan untuk mengembangkan jiwa dan raga mereka adalah alam sebenarnya.” Jadi, dalam konsep pendidikan Montessori, segala sesuatunya harus dirancang sedemikian rupa agar sealami dan serealistis mungkin, baik lingkungan indoor mapun outdoor. Montessori percaya bahwa anak harus pertama kali dihadapkan dengan alam melalui perawatan terhadap tanaman dan binatang.
ASPEK 4: KEINDAHAN DAN NUANSA
Lingkungan Montessori harus sederhana. Semua yang ada didalamnya harus memiliki desain dan kualitas yang baik. Tema warna harus menunjukkan kegembiraan. Nuansa ruangan harus terkesan santai dan hangat sehingga mengundang anak untuk bebas berpartisipasi aktif.
ASPEK 5: ALAT BERMAIN MONTESSORI (MONTESSORI MATERIALS)
Yang dimaksud dengan Montessori Materials di sini adalah bukan semata-mata alat bermain. Tapi semua benda yang ada dalam lingkungan. Tujuan dari semua benda itu bukan bersifat eksternal untuk mengajar anak keterampilan. Tapi tujuan utamanya adalah bersifat internal yaitu membantu perkembangan fisik dan pembangunan diri anak. Montessori mengatakan, ”Hal penting pertama perkembangan anak adalah konsentrasi … Ia harus menemukan cara bagaimana berkonsentrasi, dan oleh karenanya mereka membutuhkan benda-benda yang dapat membuatnya berkonsentrasi… karena itulah pentingnya sekolah kita mendasarkan pada hal ini. Yaitu tempat dimana mereka dapat menemukan aktifitas yang memungkinkan mereka melakukan konsentrasi.”
Benda-benda atau alat-alat bermain harus membantu pembentukan internal anak. Oleh karenanya benda atau alat bermain tersebut harus sesuai dengan kebutuhan internal anak. Artinya, benda-benda dan atau alat-alat bermain tersebut haris disajikan atau diberikan pada momen yang sesuai dengan perkembangan mereka. Montessori menyebutkan beberapa prinsip dalam penggunaan benda dan atau alat bermain dalam kelas Montessori sebagai berikut:
• Setiap benda atau alat bermain harus memiliki tujuan dan bermakna bagi anak;
Setiap benda atau alat bermain harus harus menunjukkan perkembangan dari sederhana ke rumit dalam desain dan penggunaannya.
Setiap benda atau alat bermain dirancang untuk menyiapkan anak secara tidak langsung untuk belajar ke depan.
Setiap benda atau alat bermain dimulai dari expesi kongkrit dan secara bertahap mengarahkan mereka pada representasi yang lebih abstrak.
Setiap benda atau alat bermain dirancang agar memungkinkan terjadinya auto-edukasi. Artinya kontrol kesalahan berada pada benda tersebut bukan pada guru. Kontrol kesalahan ini akan membimbing anak dalam menggunakan benda tersebut dan memungkinkan ia menyadari kesalahannya sendiri dan memperbaikinya.
KESIMPULAN
Ada beberapa aspek penting yang harus dipahami betul oleh guru atau pendidik dalam metode pendidikan Montessori. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
• Konsep kebebasan; melalui kebebasan-kebebasan dalam kelas Montessori, maka anak akan memperoleh kesempatan-kesempatan unik terhadap tindakannya sendiri. Mereka akan menyadari segala konsekuensi atas apa yang ia lakukan baik terhadap dirinya maupun orang lain, mereka belajar membuktikan atau menguji dirinya terhadap batasan-batasan realistiss, mereka akan belajar tentang apa saja yang membuat ia atau orang lain merasa puas atau sebaliknya merasa kosong dan tidak puas atau kecewa. Peluang untuk mengembangkan pengetahuan diri (self-knowledge) inilah yang merupakan hasil penting dari kebebasan yang kita ciptakan dalam kelas Montessori.
Struktur dan Keteraturan; hanya dalam lingkungan yang dirancang dengan tepat dan benar, yaitu terstruktur dan teratur, anak dapat mengkategorisasikan persepsinya yang pada akhirnya nanti akan membentuk pemahaman mereka yang benar terhadap realistis dunia.
Realistis dan Alami; dalam konsep pendidikan Montessori, segala sesuatunya harus dirancang sedemikian rupa agar sealami dan serealistis mungkin, baik lingkungan indoor mapun outdoor. Dengan cara ini mereka mengembangkan disiplin diri dan keamanan yang dia perlukan untuk menggali dunia eksternal dan internal mereka dan untuk menjadikan mereka pengamat realistiss hidup yang aktif dan apresiatif.
Keindahan dan Nuansa; unsur-unsur keindahan, keceriaan, baik secara fisik maupun non fisik dalam lingkungan kelas Montessor sangat penting untuk mengundang anak berpartisipasi aktif dengan bebas dan spontan.
Benda atau Alat Bermain Montessori; harus membantu pembentukan internal anak. Oleh karenanya benda atau alat bermain tersebut harus sesuai dengan kebutuhan internal anak. Artinya, benda-benda dan atau alat-alat bermain tersebut haris disajikan atau diberikan pada momen yang sesuai dengan perkembangan mereka.
Referensi:
Course Manual, Diploma in Montessori Method of Education (Birth to Six Years of Age).
David Gettman (1987), “Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives” (New York: St. Martin’ Press), hal 30.
John Chattin – McNichols (1998), The Montessori Controversy, (New York: Delmar Publiser Inc.), hal 51.
Viewed 338 times by 178 viewers
KONSISTENSI PROGRAM PENGEMBANGAN PAUD
Paud dalam pusaran kebijakan
Tentu bagi kita kata paud tidak asing lagi, karena dimana-mana kelembagaan paud selalu berada dekat dengan masyarakat. Paud menjadi mudah terjangkau/dapat diakses oleh kalangan manapun sehingga ia menjadi lembaga pendidikan anak usia dini yang mampu menangkap kehausan ibu-ibu rumah tangga untuk mendidik anak mereka di kelembagaan non formal. Kita menyadari bila telah mejadi....
Mengembangkan kapasitas lembaga paud
Membangun sinergisitas konsep dan praksis intergrasi paud
Muara gerak sinergis paud
TULISAN INI BELUM SEMPURNA DAN MASIH DALAM PENGERJAAN........
Tentu bagi kita kata paud tidak asing lagi, karena dimana-mana kelembagaan paud selalu berada dekat dengan masyarakat. Paud menjadi mudah terjangkau/dapat diakses oleh kalangan manapun sehingga ia menjadi lembaga pendidikan anak usia dini yang mampu menangkap kehausan ibu-ibu rumah tangga untuk mendidik anak mereka di kelembagaan non formal. Kita menyadari bila telah mejadi....
Mengembangkan kapasitas lembaga paud
Membangun sinergisitas konsep dan praksis intergrasi paud
Muara gerak sinergis paud
TULISAN INI BELUM SEMPURNA DAN MASIH DALAM PENGERJAAN........
Langganan:
Postingan (Atom)